Qunut bukan sekadar sebuah doa. Qunut adalah rangkaian doa yang mengandung kedahsyatan. Ia adalah doa yang dipanjatkan saat seseorang rindu akan kasih sayang Allah. Doa tersebut dilantunkan saat seorang hamba mengharap pertolongan Allah. Doa Qunut adalah doa yang disyari’atkan Allah kepada hamba-Nya.
Ketika Allah SWT menjadi pelindung dan penolong bagi seseorang, orang itu tidak akan terhina. Sebaliknya jika Allah SWT membenci seseorang, orang itu tidak akan mulia. Karena itu kita memohon kemuliaan kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya dari kehinaan. Seseorang tidak akan terhina jika Allah melindunginya. “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS Yunus: 62-63).Wala ya’izzu man ‘adait. “Tidaklah akan beroleh kemuliaan orang-orang yang Engkau musuhi.” Orang yang memusuhi Allah tidak akan mulia. Hidupnya akan diliputi kehinaan, kerugian, dan kegagalan. Allah SWT berfirman, “Barang siapa menjadi musuh Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.” (QS Al-Baqarah: 97).
Orang-orang kafir sesungguhnya adalah orang-orang yang hina dan lemah. “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.” (QS Al-Mujadilah: 20).
Orang yang memusuhi Allah SWT adalah hina belaka, kecuali dalam pandangan orang yang melihat kemuliaannya hanya pada yang dimiliki musuh Allah. Sedangkan bagi orang yang memandang bahwa kemuliaan hanya didapatkan oleh orang yang setia kepada Allah dan istiqamah di jalan-Nya, di matanya musuh-musuh Allah adalah makhluk yang paling hina.
Tabarakta rabbana watalaika. “Mahasuci Engkau, lagi Mahatinggi, wahai Tuhan kami.” Ini merupakan pujian bagi Allah SWT atas ketabaruk-an-Nya. Kita selalu memuji Allah SWT atas keberkahan-Nya, karena Dia pemberi keberkahan, yakni kebaikan yang banyak. Sungguh amat banyak kebaikan Allah SWT, amat luas, terus-menerus, dan meliputi seluruh segala sesuatu.
Kekhususan Qunut Nazilah
Lalu apa yang terjadi pada pihak yang didoakan kejelekan oleh Rasulullah SAW dalam doa Qunut Nazilah?
Rasulullah SAW membaca doa sebagai berikut, “Ya Allah, selamatkanlah Al-Walid bin Al-Walid. Ya Allah, selamatkan ‘Ayyasy bin Abi Rabiah. Ya Allah, selamatkan kaum tertindas dari kalangan kaum mukminin. Ya Allah, keraskan adzab-Mu atas Mudhar. Ya Allah, jadikan adzab itu bertahun-tahun seperti malapetaka yang menimpa bertahun-tahun pada zaman Nabi Yusuf.”
Dari Anas RA, Nabi SAW didatangi orang-orang Ri’l, Dzakwan, ‘Ushayyah, dan Bani Lahyan. Mereka mengaku telah memeluk Islam dan meminta bantuan Nabi SAW untuk mengajari kaum mereka. Maka Nabi SAW memberi mereka bantuan berupa 70 orang dari kalangan Anshar. Anas berkata, “Kami menamai mereka 70 orang Anshar itu Al-Qurra’ (para ahli baca Al-Qur’an). Di siang hari mereka mencari kayu bakar dan malamnya mereka shalat. Bersama mereka (orang-orang Ri’l, Dzakwan, ‘Ushayyah, dan Bani Lahyan), 70 orang Anshar berjalan hingga sampai di sumur Ma’unah. Sesampainya di sana mereka mengkhianati dan membunuh 70 orang Anshar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW Qunut Nazilah selama sebulan berdoa untuk mengutuk Ri’l, Dzakwan, Ushayyah, dan Bani Lahyan.” (HR Al-Bukhari).
Seperti yang terlihat, Rasulullah SAW berdoa supaya Allah menurunkan siksa yang keras atas orang-orang Mudhar. Hal ini beliau lakukan guna melemahkan mereka, sehingga mereka tidak bisa lagi menyakiti dan menindas orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslimin. Siksa yang berat atas orang-orang Mudhar yang dimohon oleh Nabi SAW itu berupa kekeringan, yang lamanya sama dengan kekeringan yang pernah terjadi di zaman Nabi Yusuf, yakni tujuh tahun.
Lalu apakah doa Nabi SAW itu benar-benar menimpa orang-orang Mudhar? Dalam kitab al-Nihayah fi Gharib al-Atsar, karya Ibn Al-Atsir, kekeringan itu benar-benar menimpa orang-orang Mudhar. Mereka ditimpa kelaparan sampai-sampai mereka memakan tulang dan ‘ilhiz (campuran darah dan bulu unta lalu dimasak dengan api)
Hikmah Qunut Nazilah
Pertama, dalam Qunut Nazilah kita diperbolehkan mendoakan kejelekan kaum yang memusuhi dan mengkhianati kaum muslimin. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang mendoakan kejelekan bagi orang-orang Mudhar yang telah membunuh 70 orang Anshar yang beliau utus untuk mengajari agama kepada mereka.
Kedua, doa bukan sekadar curahan hati atau pelampiasan kegalauan. Doa adalah keyakinan akan sebuah pencapaian. Hal ini dibuktikan oleh Rasulullah SAW, yang mendokan orang-orang Mudhar agar ditimpa kelaparan dan kekeringan.
Ketiga, jika sesekali atau sering kali merasa bahwa beberapa doa kita belum juga terkabulkan, tentu hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan doa lalu meninggalkannya. Kesalahan pasti ada pada kita. Mungkin dosa dan aib kita cukup banyak, sehingga jawaban atas doa-doa kita berupa ditutupinya aib diri dan penghapusan dosa kita. Atau bisa jadi Allah SWT tidak menyegerakan pengabulan doa kita di dunia, melainkan menahannya dan menjadikan simpanan yang akan kita dapatkan kelak di akhirat.
Apa pun, terhadap Allah kita tidak boleh berprasangka selain kebaikan. Sejauh yang dapat kita lakukan sebagai makhluk-Nya adalah mengoptimalkan usaha, mengikhlaskan pengabdian, memurnikan hati, menjernihkan nalar dan pikir, mensejatikan penyerahan diri kepada-Nya dan mengkhusukan segenap doa kepada-Nya. Totalitas, keikhlasan, kemurnian, kejernihan, kesejatian, dan kekhusyu’an tidak akan mendatangkan selain keberkahan dan karunia-Nya.
Allah SWT lewat Al-Qur’an dan Nabi SAW lewat sunnahnya menganjurkan, mendorong, dan memotivasi kita untuk berdoa. Itu tidak lain karena doa dapat menggugah hati yang lalai dan membangkitkan semangat jiwa untuk berinteraksi secara positif dengan kehidupan. Doa memudahkan jalan bagi diraihnya keinginan sepanjang direstui syari’at.
Doa mengembuskan kekuatan jiwa dan spirit ruhani dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan hidup, karena doa berarti berpegang erat pada kekuasaan mutlak dan kekuatan hakiki milik Sang Pemilik hidup dan kehidupan.
Imam Ali pernah menasihati putranya, Al-Hasan, perihal doa, “Ketahuilah bahwa Dzat yang di tangan-Nya perbendaharaan langit dan bumi telah mengizinkan bagimu untuk berdoa, telah menjamin bagimu ijabah, telah memerintahkanmu supaya kamu meminta kepada-Nya sehingga Dia memberimu, supaya kamu mengharap kasih sayang-Nya sehingga Dia mengasihimu.
Dia tidak menjadikan antara kamu dan Dia ada orang yang menghalangi. Dia tidak pernah menyerahkanmu kepada orang yang membantu kamu datang kepada-Nya. Dia tidak menghalangimu jika kamu berbuat jelek untuk bertaubat, tidak menyegerakan siksa atas kamu, tidak menghinakanmu dengan dosa, tidak membuatmu putus asa akan rahmat, bahkan Dia menjadikan keterputusanmu dari dosa-dosa sebagai kebaikan.
Dia menghitung kejelekanmu satu kejelekan saja dan menghitung kebaikan sepuluh kebaikan. Dia telah membuka bagimu pintu pertaubatan. Jika kamu memanggil-Nya, Dia mendengar panggilanmu. Jika kamu menyeru-Nya dalam kesunyian, Dia tahu seruanmu. Kamu ajukan kepada-Nya kebutuhanmu, kamu ajukan kepada-Nya kegalauanmu, kamu mohon kepada-Nya pertolongan atas urusan-urusanmu, dan kamu meminta-Nya dari perbendaharaan-perbendaharaan rahmat-Nya apa yang tidak mungkin didapatkan kecuali dari-Nya, yaitu tambah umur, kesehatan jasmani, dan kelapangan rizqi.<
/p>
Doa merupakan salah satu pintu terpenting bagi dikabulkannya harapan secara cepat bagi orang yang giat bekerja demi meraih ridha-Nya. Doa bukan berpangku tangan, mimpi, atau angan-angan. Doa tidak berarti meninggalkan usaha yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan.
Para nabi dan imam serta orang shalih adalah orang-orang yang tidak pernah meninggalkan doa. Namun demikian mereka adalah orang-orang yang giat bekerja guna menolak kejelekan dan mendatangkan kebaikan dalam hidup mereka. Kewajiban kita adalah memadukan usaha yang lestari dengan doa yang berkelanjutan, sepenuhnya guna kebaikan kita, dunia dan akhirat.
IMR
Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN
No comments:
Post a Comment