Tuesday, October 1, 2013

Hakikat Kemurnian Tauhid (Bagian 3/Tamat)

www.majalah-alkisah.comDan sesungguhnya sujud kepada Nabi Adam AS di sini adalah pemuliaan dan penghormatan bagi beliau yang diperintahkan atas mereka. Dan Iblis sesungguhnya bagian dari hamba-hamba yang mentauhidkan Allah, tetapi sungguh tiada berguna baginya tauhidnya.

Dalam hal ini sesungguhnya mereka lupa dan bodoh terhadap makna bahwa sesungguhnya pengagungan terhadap Nabi SAW tidak lain semata-mata me­nunaikan perintah Allah SWT. Kita meng­agungkan Nabi SAW karena Allah telah mengagungkan Nabi SAW dan meme­rintahkan hamba-hamba-Nya untuk meng­agungkan beliau SAW. Mudahnya, bila kita mengagungkan Nabi SAW, berarti kita mengikuti jejak para malaikat, Nabi Ibrahim AS, dan orang-orang yang meng­ikuti mereka, yang taat dan patuh kepada perintah Allah SWT. Dan bila kita ber­buat sebaliknya, dengan meremehkan makna keagungan yang telah Allah beri­kan kepada Nabi SAW, kita telah mengi­kuti jejak Iblis, yang terusir dari rahmat Allah karena menimbang perkara agama dengan akal pikirannya yang sempit. Na’udzu billah tsumma na’udzu billah.

Untuk lebih memahami makna peng­agungan antara makna adab dan iba­dah, yang keduanya merupakan hakikat sesungguhnya dari penghambaan dan ibadah kepada Allah SWT, mari kita re­nungi dan cermati apa yang diungkap­kan oleh Sayyidina Abuya Muhammad bin Alawi Al-Maliki, dalam kitabnya Ma­fahim yajib an-tushahhah.

Ia berkata, “Banyak orang salah da­lam memahami hakikat ta`zhim (penga­gungan) dan hakikat ibadah, sehingga mereka mencampuradukkan antara ke­duanya secara jelas dan nyata. Mereka memandang segala bentuk pengagung­an adalah ibadah kepada Yang Maha­agung. Berdiri, mencium tangan, menga­gungkan Nabi SAW dengan ucapan ‘Say­yidina dan Maulana (Penghulu dan Junjungan kami)’, berdiri di hadapan ma­kam beliau pada saat ziarah dengan pe­nuh adab dan rendah diri, dalam pan­dangan mereka semua itu adalah ghu­luw (perilaku berlebihan) yang mengarah kepada beribadah kepada selain Allah SWT. Ini semua pada hakikatnya adalah kebodohan dan keingkaran yang tidak diridhai oleh Allah SWT dan perbuatan tidak berdasar yang ditolak oleh ruh syari’at Islam.

Adalah Adam AS manusia pertama dan hamba Allah pertama dari para ham­ba Allah yang shalih dari kalangan manusia. Allah perintahkan para malai­kat untuk bersujud kepadanya sebagai penghormatan dan pengagungan bagi­nya karena apa yang telah Allah anu­gerahkan kepadanya dari ilmu sekaligus juga sebagai pemberitahuan kepada mereka tentang kesuciannya di antara segenap makhluk-Nya.

Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para ma­laikat, ‘Sujudlah kalian semua kepada Adam, maka mereka pun bersujud, ke­cuali Iblis. Ia berkata: Apakah aku bersu­jud kepada makhluk yang Engkau cipta­kan dari tanah? Iblis berkata: Terang­kanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?’.” (QS Al-Isra’: 61-62). Dan pada ayat yang lain Iblis berkata, “Aku lebih baik daripada­nya. Engkau ciptakan aku dari api se­dang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS Al-A`raf: 12). Dan pada ayat yang lain lagi Allah SWT berfirman, “Maka ber­sujudlah seluruh malaikat itu bersama-sama kecuali Iblis. Dia enggan untuk (ikut bersujud) bersama mereka yang sujud itu.” (QS Al-Hijr: 30-31).

Di sini, para malaikat mengagungkan siapa yang Allah agungkan sedangkan Iblis menyombongkan diri dari sujud ke­pada makhluk (Nabi Adam AS) yang di­ciptakan dari tanah. Iblis adalah makhluk pertama yang menimbang perkara aga­ma hanya dengan pikirannya dan ber­kata, “Aku lebih baik darinya.” Dia men­dasarkan pikirannya itu dengan dalil penciptaan dirinya yang tercipta dari api dan penciptaan Nabi Adam AS yang berasal dari tanah. Dengan pendasaran semacam itu, Iblis menganggap remeh perkara penghormatan terhadap Nabi Adam AS dan menolak sujud kepada­nya. Dengan itu, Iblis adalah makhluk pertama yang menyombongkan dirinya. Ia tidak mengagungkan siapa yang Allah agungkan sehingga Iblis diusir dari rah­mat Allah SWT karena kesombongan­nya terhadap hamba yang shalih ini (Nabi Adam AS). Dalam konteks ini, apa yang diperbuat Iblis itu sesungguhnya hakikat takabur (kesombongan) terha­dap Allah SWT, karena sesungguhnya sujud kepada Nabi Adam AS itu tidak lain semata-mata karena perintah Allah SWT. Dan sesungguhnya sujud kepada Nabi Adam AS di sini adalah pemuliaan dan penghormatan baginya yang di­pe­rin­tahkan atas mereka. Dan Iblis sesung­guhnya bagian dari hamba-hamba yang mentauhidkan Allah, tetapi sungguh tiada berguna baginya tauhidnya.

Di antara penjelasan yang mene­rangkan ihwal pengagungan terhadap para shalihin adalah firman Allah SWT yang mengisahkan  Nabi Yusuf AS,  “Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka semua merebahkan diri seraya bersujud kepada Yusuf.” (QS Yusuf: 100). Mereka, para saudara Nabi Yusuf AS, sujud kepada Nabi Yusuf AS sebagai penghormatan dan pengagungan baginya. Dan sujud para saudara Nabi Yusuf AS kepadanya dijelaskan dalam firman Allah SWT “Wa kharruu (dan mereka bersujud)”, yang su­jud semacam demikian dibolehkan da­lam syari’at mereka, atau seperti sujud­nya para malaikat kepada Nabi Adam AS sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan serta menjalankan perin­tah Allah SWT, yang itu adalah tafsir dari mimpi Nabi Yusuf AS, sedangkan mimpi para nabi adalah wahyu.

Adapun mengenai nabi kita, Sayyi­dina Muhammad SAW, Allah SWT ber­firman pada hak beliau SAW, “Sesung­guhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Supaya kalian ber­iman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkannya dan membesar­kan­nya....” (QS Al-Fath: 8-9). Allah juga ber­firman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya....” (QS Al-Hujarat: 1). Firman-Nya juga, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian lebih dari suara Nabi....” (QS Al-Hujarat: 2). Allah pun berfirman, “Ja­nganlah kalian jadikan panggilan Rasul di antara kalian seperti panggilan seba­hagian kalian kepada sebahagian yang lain....” (QS An-Nur: 63).

Allah SWT melarang untuk berbuat lancang di hadapan beliau SAW, baik dengan ucapan maupun dengan adab yang buruk dengan mendahului beliau SAW berkata-kata.

Abu Muhammad Makki berkata, “Yakni, jangan mendahului beliau dalam pembicaraan, jangan berkata kasar ke­pada beliau, dan jangan memanggil be­liau seperti kalian memanggil sebagian kalian yang lain. Akan tetapi, agung­kan­lah beliau, besarkan beliau, dan panggil­lah beliau dengan panggilan yang paling mulia yang beliau sukai untuk dipanggil de­ngan panggilan itu, yaitu ‘Wahai Ra­sulullah... wahai Nabi Allah...’. Yang demikian ini sebagaimana firman Allah SWT, ‘Janganlah kalian jadikan panggil­an Rasul di antara kalian seperti panggil­an sebahagian kalian kepada sebaha­gian yang lain...’ (QS An-Nur: 63).” Ayat ini turun karena ada sekelompok orang yang mendatagi Nabi SAW dan berseru, “Hai Muhammad, keluarlah dan temui kami.” Allah menghardik mereka dengan mensifati mereka dengan kejahilan dan menegaskan bahwa kebanyakan mere­ka tidak memiliki akal.

Amr bin ‘Ash RA berkata, “Tiada se­orang pun yang lebih aku cintai daripada Rasulullah SAW dan tiada seorang pun lebih agung di mataku daripada beliau SAW. Sungguh aku tiada sanggup untuk memenuhi pandangan mataku pada beliau sebagai penggagunganku kepada beliau SAW. Dan bila saja aku diminta untuk mensifati beliau, sungguh aku tiada sanggup melakukannya, karena aku tidak dapat memenuhi pandangan mataku pada beliau SAW.” (HR Muslim).

Urwah bin Mas‘ud berkata kepada orang-orang Quraisy, “Wahai segenap orang Quraisy, sungguh aku telah men­datangi Kisra di kerajaannya dan Kaisar di kerajaannya dan juga N
ajasyi di istananya. Demi Allah, aku tidak pernah sekali pun melihat seorang raja di tengah rakyatnya seperti Muhammad di antara para sahabatnya.” Ungkapan ini dikata­kan oleh Urwah setelah ia datang ber­sama serombongan Quraisy mengha­dap Nabi SAW pada peristiwa Qadhiy­yah. Ia menyaksikan bagaimana penga­gungan para sahabat kepada Rasulullah SAW, yang tidaklah Rasulullah SAW ber­wudhu kecuali mereka berebut sisa air wudhu Nabi SAW, seolah mereka hen­dak saling membunuh untuk men­da­patkan bekas wudhu beliau SAW, dan tidak pula Nabi SAW meludah atau mem­buang riak kecuali para sahabat sa­ling berebut untuk mendapatkan ludah mu­lia Rasulullah SAW dan mengusap­kan­nya ke wajah dan badan mereka, ti­dak pula jatuh sehelai rambut pun dari rambut Rasulullah SAW kecuali mereka sa­ling berebut mendapatkannya. Jika be­liau memerintahkan sesuatu, mereka bersegera menunaikan perintahnya. Bila beliau berbicara, mereka merendahkan suara mereka di hadapan beliau dan ti­dak menghadapkan pandangan mereka ke arah beliau karena mengagungkan beliau....

Kesimpulannya, di sini terdapat dua perkara agung yang harus diperhatikan de­ngan sebaik-baiknya. Pertama, kewa­jib­an mengagungkan Nabi SAW dan me­ninggikan kedudukan beliau SAW di atas sekalian makhluk. Kedua, memurnikan ke­tuhanan dan meyakini sepenuh hati bahwa Allah SWT Maha Esa pada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan pada perbuat­an-perbuatan-Nya dari sekalian makh­luk-Nya. Barang siapa meyakini adanya kebersekutuan makhluk pada Tuhan Yang Maha Pencipta SWT pada semua itu, ia telah berbuat syirik, seperti orang-orang musyrik yang meyakini adanya si­fat ketuhanan pada sekalian berhala dan kepatutannya untuk disembah. Dan ba­rang siapa yang merendahkan Nabi SAW pada sesuatu dari kedudukan be­liau SAW, sungguh orang itu telah ber­buat maksiat atau bahkan kafir.

Adapun siapa yang berbuat semak­simal mungkin dalam mengagungkan Nabi SAW dengan berbagai macam ben­tuk pengagungan dan tidak mensifati beliau SAW dengan sesuatu dari sifat-sifat Al-Bari (Yang Maha Pencipta) SWT, sungguh orang itu telah melakukan ke­be­naran dan telah menjaga sisi ketuhan­an dan risalah seluruhnya. Yang demiki­an itulah pandangan yang tiada keeks­treman di dalamnya.

Bila di dalam ungkapan kaum muk­minin terdapat penyandaran (isnad) se­suatu kepada selain Allah SWT, kita wa­jib memaknai ungkapan itu kepada ma­jaz ‘aqli (makna yang tidak sesungguh­nya, bukan makna hakiki) dan tidak ada jalan (thariq) untuk mengkafirkan mere­ka. Karena majaz aqli telah digunakan dalam Al-Qur’an.

MS


Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN

No comments:

Post a Comment