Ada juga yang mengatakan, mereka yang masih punya simpanan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an, walau hanya lima surah pendek, akan tetap terjaga daya ingatnya.
Itu merupakan jaminan dari Allah kepada hamba
yang qalbunya terisi firman-firman-Nya.
Pria itu duduk dengan kepala tertunduk, kadang air liur menetes dari mulutnya. Walau berusaha untuk menegakkan kepalanya, batang lehernya seperti lemas. Kalau sudah terlalu miring, istrinya berusaha untuk menegakkan. Setiap tamu yang datang dia tanyakan, seperti orang baru pertama kali kenal.
Hampir semua daya ingatnya sudah hilang, tapi jasadnya masih hidup. Butuh kesabaran bagi keluarga merawat pria itu. Beberapa kerabat yang baru datang pertama kali terkaget-kaget dengan pertanyaannya. “Kamu siapa, dan tinggal di mana?”
Kalau yang ditanyakan itu orang asing, tentu tidak masalah. Yang membuat miris, pria itu bertanya kepada anaknya sendiri. Sang anak, yang baru pulang dari rantau, tentu shocked. Sang ayah lupa dengan anaknya.
Seorang kemenakan yang dari kecil sampai menikah selalu memperhatikan pamannya itu juga tidak kalah kagetnya ketika mampir dan ditanyakan di mana tinggal dan anak siapa. Tentu anak dan istrinya menjadi repot untuk menjelaskan kepada para tamu yang datang perihal penyakit pikun bapak mereka yang datang tiba-tiba.
Kadang memori bapak mereka bisa dipancing dengan cerita masa lalu yang masih kuat melekat pada ingatannya, tapi tiba-tiba saja langsung tidak nyambung. Koneksinya terputus.
Secara fisik tiada penyakit berarti yang dideritanya. Karena memang sudah usia lanjut, hampir 80 tahun, dia dibantu dengan kursi roda, tapi makannya masih kuat, penganan yang dia sukai juga tidak ada pantangan.
Soal selera ini tentu membuat kerepotan bagi keluarga. Karena banyak makanan yang masuk, buang air besar sering jadi masalah. Tiba-tiba saja si bapak membuang hajatnya sembarangan.
Lama-kelamaan tentu hal itu menjadi masalah juga bagi keluarga, yakni istri dan anak-anak, yang merawatnya. Kadang kejenuhan terlampiaskan dengan perilaku yang emosional, berkata kasar, dan sering memarahi.
Pria itu, sebut saja Radinal, sesungguhnya bukan orang sembarangan. Ia pernah menjadi pejabat eselon satu di sebuah kementerian. Tentu dulunya ia orang yang berpengaruh, banyak dipuja dan dibutuhkan. Banyal orang yang berkepentingan selalu merapat kepadanya.
Tapi setelah empat tahun menderita sakit, tidak ada lagi orang yang peduli. Tinggalllah keluarga yang bersusah payah merawatnya dari hari ke hari.
Menurunnya daya ingat berpengaruh pada ketahanan fisik. Ada saja penyakit yang muncul, entah itu saluran kencing, perut, juga sendi kaki. Tapi tidak ada yang fatal. Hanya yang menjadi masalah berat bagi keluarga adalah soal kepikunan itu.
Perilaku Saat Jaya
Orang mengatakan, masalah kepikunan berhubungan dengan perilaku masa lalu dan juga kebiasaan beribadah yang tidak terjaga. Orang-orang yang dekat dengan Allah SWT dan berusaha menjaga hak-hak-Nya insya Allah akan terus dijaga oleh-Nya. Perhatikan bagaimana masa tua orang-orang yang shalih, ahli ibadah, dan para penghafal Al-Qur’an misalnya. Jarang mereka yang mengalami kepikunan.
Malah, semakin tua, semakin bernas daya ingat mereka. Hal-hal yang mungkin tidak bisa dihafal oleh orang muda, mereka masih kuat mengingatnya. Dan berhubungan dengan kenalan, apalagi kerabat, jarang mereka yang lupa. Demikian juga dengan anak-cucunya, yang berjumlah puluhan, masih lekat namanya dalam memori mereka.
Ada juga yang mengatakan, mereka yang masih punya simpanan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an, walau hanya lima surah pendek, akan tetap terjaga daya ingatnya. Itu merupakan jaminan dari Allah kepada hamba yang dalam qalbunya terisi firman-firman-Nya.
Menurut istrinya, memang tidak semua perilaku Radinal ketika muda sesuai dengan tuntunan agama. Sebagai pejabat yang berpengaruh, dia banyak dikelilingi berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda tapi dengan satu tujuan, yaitu kepentingan.
Istrinya, sebut saja Salima, berkisah bahwa rumah tangga mereka hampir kandas ketika sang suami pernah tertarik dengan beberapa perempuan, termasuk sekretarisnya, yang masih muda.
Lama sang istri mencari data dan informasi untuk menemukan bukti kebenaran omongan orang-orang yang sering melihat sang suami begitu mesra kepada sekretaris itu, tidak sekadar hubungan atasan dan bawahan. Dan ketika ia sudah menemukan bukti yang kuat, baru ia berbicara baik-baik kepada suaminya, mau meneruskan rumah tangga mereka atau mengakhiri hubungan romantis itu. Sang istri yakin bahwa suaminya tidak sampai melakukan perzinaan, karena ia tahu bahwa suaminya masih mengerti dosa-dosa besar.
Tapi berlaku romantis dengan wanita yang sebaya dengan anaknya tentu bukan perilaku terpuji, kayaknya seperti pria yang mengalami puber kedua.
Cukup sulit untuk memberikan penyadaran kepada pria yang sedang jatuh cinta, tapi sang istri berhasil menyadarkan kembali suaminya itu bahwa akan sia-sia rumah tangga yang telah mereka bangun selama 30 tahun lamanya hanya karena ulah anak baru gede. Alhamdulillah akhirnya sang suami pun menyadarinya.
Tapi godaan yang dihadapi suaminya tidak hanya dari sisi wanita, tapi juga dari harta benda. Tahu sendirilah bagaimana perilaku pejabat di zaman itu, yang menganggap harta negara kadang harta pribadi. Pemisahan antara harta yang haq dan harta yang bathil kadang tidak jelas, atau sengaja disamarkan, padahal sang istri tahu persis bahwa harta yang subhat pun akan menjadi masalah bagi keimanan mereka kalau terus dimiliki.
Untuk yang seperti ini kadang sang istri kesulitan. Karena, kalau selalu ia nyinyir, seolah-olah tidak mempercayai suaminya. Tapi kalau ia biarkan, akan menjadi bara dalam sekam. Akhirnya ia pasrah saja, dan menyerahkan bulat-bulat kepada suaminya. Tapi kadang ia dari hati ke hati masih memberikan masukan bahwa balasan dari Tuhan tidak hanya berlaku di akhirat, tapi bisa saja di dunia. Karena semakin mereka berjaya dalam hal kehidupan duniawi, semakin ia lihat suaminya lalai mengerjakan kewajibannya sebagai hamba Allah. Apalagi kalau sudah menyangkut shalat Subuh, sulit untuk mengingatkannya.
Harta, takhta, dan wanita memang sumber godaan yang kadang membuat seseorang terpuruk pada tempat yang sehina-hinanya. Masih beruntung Radinal tidak diseret ke meja hijau karena kuatnya semangat korps yang berusaha membela dan melindunginya waktu itu.
Tapi tentu tidak bisa manusia melepaskan diri dari hukum sebab dan akibat untuk selamanya. Itulah sebabnya, agama mengingatkan bahwa sebesar biji sawi pun perbuatan yang dilakukan ada pertanggungjawabannya.
Bagi istrinya, tidak ada yang mengagetkan ketika tiba-tiba suaminya menjadi pikun dan kehilangan daya ingat terhadap orang-orang yang dikenalnya. Bagi orang-orang yang suka melanggar aturan Allah SWT, bisa saja dicabut oleh Allah nikmat-nikmat yang dulu pernah diberikan kepadanya. Itu semua tentu saja konsekuensi logis dari perilaku manusia itu sendiri, begitulah sunatullahnya. Ada sebab, tentu saja ada akibat.
Habib Mahmud bin Umar Al-Hamid
Semoga Allah SWT mengampuni dan membimbing kita dalam kehidupan yang penuh godaan ini.
Ketahuilah, Allah SWT tidak pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya, hamba tersebutlah yang sering menzhalimi diri sendiri. ”Sesungguhnya A
llah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberi dari sisi-Nya pahala yang besar.” — QS An-Nisa’ (4): 40.
Apa yang dilakukan oleh manusia itu akan kembali kepadanya. Kalau perbuatannya baik, akan mendapat balasan berlipat ganda. Sebaliknya, kalau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, ada akibatnya juga. Tapi akibat tersebut merupakan konsekuensi logis, bukan karena Allah SWT menzhalimi yang bersangkutan.
Dalam kisah ini terjadi akumulasi dosa, yang menutupi kebersihan ruhani, sebagai prasyarat utuhnya daya ingat. Ini adalah pelajaran bagi kita semua, jangan terlalu mudah berbuat dosa. Karena bisa mengalami hal seperti yang terjadi pada kisah ini.
Kalau kita simak kehidupan para shalihin, para hafizh Al-Qur’an, para pendakwah, dan mereka yang berjuang untuk tegaknya syiar agama Allah SWT, tidak pernah mereka mengalami hal-hal yang tidak baik di masa tua mereka, karena ruhani mereka dipenuhi oleh napas kecintaan kepada Allah SWT.
Mari kita lihat mereka yang sudah hafal sekian banyak surah Al-Qur’an. Sampai mereka tua pun jarang yang pikun. Jadi amalan-amalan di kala muda yang terus terjaga sampa tua insya Allah akan menjaga kita dari hal-hal yang memalukan.
Banyak sekali ibrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia di dalam kehidupan ini dengan tujuan agar manusia kembali fokus kepada tujuan hakiki kehidupannya, yaitu semata-mata beribadah kepada Allah SWT. Sehingga apa pun yang dilakukan tidak boleh menyimpang dari tuntunan Allah SWT dan teladan Rasulullah SAW. Dengan demikian hidupnya akan terhindar dari cela, baik di dunia apalagi di akhirat. Insya Allah. Demikian mauizhah Habib Mahmud bin Umar Al-Hamid, pengasuh Majelis Ta’lim Al-Mubarak, kota Makassar, Sulawesi Selatan.
IMR
Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN
No comments:
Post a Comment