Tuesday, October 1, 2013

Pikun Menimpanya di Masa Tua

www.majalah-alkisah.comAda juga yang mengatakan, mereka yang masih punya simpanan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an, walau hanya lima surah pendek, akan tetap terjaga daya ingatnya.
Itu merupakan jaminan dari Allah kepada hamba
yang qalbunya terisi firman-firman-Nya.

Pria itu duduk dengan kepala tertunduk, kadang air liur menetes dari mulutnya. Walau berusaha untuk me­negakkan kepalanya, batang lehernya seperti lemas. Kalau sudah terlalu miring, istrinya berusaha untuk menegakkan. Setiap tamu yang datang dia tanyakan, seperti orang baru pertama kali kenal.

Hampir semua daya ingatnya sudah hi­lang, tapi jasadnya masih hidup. Butuh ke­sabaran bagi keluarga merawat pria itu. Beberapa kerabat yang baru datang per­tama kali terkaget-kaget dengan perta­nya­annya. “Kamu siapa, dan tinggal di mana?”

Kalau yang ditanyakan itu orang asing, tentu tidak masalah. Yang mem­buat miris, pria itu bertanya kepada anak­nya sendiri. Sang anak, yang baru pulang dari rantau, tentu shocked. Sang ayah lupa dengan anaknya.

Seorang kemenakan yang dari kecil sampai menikah selalu memperhatikan pamannya itu juga tidak kalah kagetnya ketika mampir dan ditanyakan di mana tinggal dan anak siapa. Tentu anak dan istrinya menjadi repot untuk menjelaskan kepada para tamu yang datang perihal penyakit pikun bapak mereka yang da­tang tiba-tiba.

Kadang memori bapak mereka bisa dipancing dengan cerita masa lalu yang masih kuat melekat pada ingatannya, tapi tiba-tiba saja langsung tidak nyambung. Koneksinya terputus.

Secara fisik tiada penyakit berarti yang dideritanya. Karena memang sudah usia lanjut, hampir 80 tahun, dia dibantu dengan kursi roda, tapi makannya masih kuat, penganan yang dia sukai juga tidak ada pantangan.

Soal selera ini tentu membuat kere­pot­an bagi keluarga. Karena banyak ma­kanan yang masuk, buang air besar se­ring jadi masalah. Tiba-tiba saja si bapak membuang hajatnya sembarangan.

Lama-kelamaan tentu hal itu menjadi masalah juga bagi keluarga, yakni istri dan anak-anak, yang merawatnya. Ka­dang kejenuhan terlampiaskan dengan perilaku yang emosional, berkata kasar, dan sering memarahi.

Pria itu, sebut saja Radinal, sesung­guhnya bukan orang sembarangan. Ia pernah menjadi pejabat eselon satu di sebuah kementerian. Tentu dulunya ia orang yang berpengaruh, banyak dipuja dan dibutuhkan. Banyal orang yang ber­kepentingan selalu merapat kepadanya.

Tapi setelah empat tahun menderita sakit, tidak ada lagi orang yang peduli. Tinggalllah keluarga yang bersusah pa­yah merawatnya dari hari ke hari.

Menurunnya daya ingat berpengaruh pada ketahanan fisik. Ada saja penyakit yang muncul, entah itu saluran kencing, perut, juga sendi kaki. Tapi tidak ada yang fatal. Hanya yang menjadi masalah berat bagi keluarga adalah soal kepikunan itu.

 

Perilaku Saat Jaya

Orang mengatakan, masalah kepi­kun­an berhubungan dengan perilaku masa lalu dan juga kebiasaan beribadah yang tidak terjaga. Orang-orang yang dekat dengan Allah SWT dan berusaha menjaga hak-hak-Nya insya Allah akan terus dijaga oleh-Nya. Perhatikan bagai­mana masa tua orang-orang yang shalih, ahli ibadah, dan para penghafal Al-Qur’an misalnya. Jarang mereka yang menga­lami kepikunan.

Malah, semakin tua, semakin bernas daya ingat mereka. Hal-hal yang mungkin tidak bisa dihafal oleh orang muda, me­reka masih kuat mengingatnya. Dan ber­hubungan dengan kenalan, apalagi ke­rabat, jarang mereka yang lupa. Demikian juga dengan anak-cucunya, yang ber­jumlah puluhan, masih lekat namanya da­lam memori mereka.

Ada juga yang mengatakan, mereka yang masih punya simpanan hafalan ayat-ayat Al-Qur’an, walau hanya lima surah pendek, akan tetap terjaga daya ingatnya. Itu merupakan jaminan dari Allah kepada hamba yang dalam qalbu­nya terisi firman-firman-Nya.

Menurut istrinya, memang tidak se­mua perilaku Radinal ketika muda sesuai dengan tuntunan agama. Sebagai peja­bat yang berpengaruh, dia banyak dike­lilingi berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda tapi dengan satu tujuan, yaitu kepentingan.

Istrinya, sebut saja Salima, berkisah bah­wa rumah tangga mereka hampir kan­das ketika sang suami pernah tertarik de­ngan beberapa perempuan, termasuk sekretarisnya, yang masih muda.

Lama sang istri mencari data dan in­formasi untuk menemukan bukti kebenar­an omongan orang-orang yang sering me­lihat sang suami begitu mesra kepada sekretaris itu, tidak sekadar hubungan atas­an dan bawahan. Dan ketika ia sudah menemukan bukti yang kuat, baru ia ber­bicara baik-baik kepada suaminya, mau meneruskan rumah tangga mereka atau mengakhiri hubungan romantis itu. Sang istri yakin bahwa suaminya tidak sampai melakukan perzinaan, karena ia tahu bahwa suaminya masih mengerti dosa-dosa besar.

Tapi berlaku romantis dengan wanita yang sebaya dengan anaknya tentu bu­kan perilaku terpuji, kayaknya seperti pria yang mengalami puber kedua.

Cukup sulit untuk memberikan penya­daran kepada pria yang sedang jatuh cin­ta, tapi sang istri berhasil menyadarkan kembali suaminya itu bahwa akan sia-sia rumah tangga yang telah mereka bangun selama 30 tahun lamanya ha­nya karena ulah anak baru gede. Alhamdulillah akhir­­nya sang suami pun me­nyadarinya.

Tapi godaan yang dihadapi suaminya tidak hanya dari sisi wa­nita, tapi juga dari harta benda. Tahu sen­dirilah bagaimana perilaku pejabat di zaman itu, yang meng­anggap harta negara kadang harta pri­badi. Pemisahan antara harta yang haq dan harta yang bathil kadang tidak jelas, atau sengaja disamar­kan, padahal sang istri tahu persis bahwa harta yang subhat pun akan menjadi ma­salah bagi keiman­an mereka kalau terus dimiliki.

Untuk yang seperti ini kadang sang istri kesulitan. Karena, kalau selalu ia nyi­nyir, seolah-olah tidak mempercayai sua­minya. Tapi kalau ia biarkan, akan men­jadi bara dalam sekam. Akhirnya ia pas­rah saja, dan menyerahkan bulat-bulat kepada suaminya. Tapi kadang ia dari hati ke hati masih memberikan masukan bahwa balasan dari Tuhan tidak hanya berlaku di akhirat, tapi bisa saja di dunia. Karena semakin mereka berjaya dalam hal kehidupan duniawi, semakin ia lihat suaminya lalai  mengerjakan kewajiban­nya sebagai hamba Allah. Apalagi kalau sudah menyangkut shalat Subuh, sulit untuk mengingatkannya.

Harta, takhta, dan wanita memang sumber godaan yang kadang membuat seseorang terpuruk pada tempat yang sehina-hinanya. Masih berun­tung Radinal tidak diseret ke meja hijau karena kuatnya semangat korps yang berusaha membela dan me­lin­dunginya waktu itu.

Tapi tentu tidak bisa manusia me­le­­pas­kan diri dari hukum sebab dan akibat untuk selama­nya. Itulah sebabnya, aga­ma mengingatkan bahwa sebesar biji sawi pun perbuatan yang dilakukan ada pertanggungjawabannya.

Bagi istrinya, tidak ada yang menga­getkan ketika tiba-tiba suaminya menjadi pikun dan kehilangan daya ingat terhadap orang-orang yang dikenalnya. Bagi orang-orang yang suka melanggar aturan Allah SWT, bisa saja dicabut oleh Allah nikmat-nikmat yang dulu pernah diberikan kepadanya. Itu semua tentu saja konse­kuensi logis dari perilaku manusia itu sen­diri, begitulah sunatullahnya. Ada sebab, tentu saja ada akibat.

 

Habib Mahmud bin Umar Al-Hamid

www.majalah-alkisah.comSemoga Allah SWT mengampuni dan membimbing kita dalam kehidupan yang penuh godaan ini.

Ketahuilah, Allah SWT tidak pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya, hamba tersebutlah yang sering menzhalimi diri sendiri. ”Sesungguhnya A
llah tidak meng­aniaya seseorang walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatganda­kannya dan memberi dari sisi-Nya pahala yang besar.” — QS An-Nisa’ (4): 40.

Apa yang dilakukan oleh manusia itu akan kembali kepadanya. Kalau perbuat­annya baik, akan mendapat balasan ber­lipat ganda. Sebaliknya, kalau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, ada aki­batnya juga. Tapi akibat tersebut me­rupakan konsekuensi logis, bukan karena Allah SWT menzhalimi yang bersangkut­an.

Dalam kisah ini terjadi akumulasi dosa, yang menutupi kebersihan ruhani, sebagai prasyarat utuhnya daya ingat. Ini adalah pelajaran bagi kita semua, jangan terlalu mudah berbuat dosa. Karena bisa mengalami hal seperti yang terjadi pada kisah ini.

Kalau kita simak kehidupan para sha­lihin, para hafizh Al-Qur’an, para pendak­wah, dan mereka yang berjuang untuk tegaknya syiar agama Allah SWT, tidak pernah mereka mengalami hal-hal yang tidak baik di masa tua mereka, karena ru­hani mereka dipenuhi oleh napas ke­cinta­an kepada Allah SWT.

Mari kita lihat mereka yang sudah ha­fal sekian banyak surah Al-Qur’an. Sam­pai mereka tua pun jarang yang pikun. Jadi amalan-amalan di kala muda yang terus terjaga sampa tua insya Allah akan men­jaga kita dari hal-hal yang memalu­kan.

Banyak sekali ibrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia di dalam kehidupan ini dengan tujuan agar manu­sia kembali fokus kepada tujuan hakiki ke­hidupannya, yaitu semata-mata beriba­dah kepada Allah SWT. Sehingga apa pun yang dilakukan tidak boleh menyim­pang dari tuntunan Allah SWT dan te­ladan Ra­sulullah SAW. Dengan demikian hidupnya akan terhindar dari cela, baik di dunia apa­lagi di akhirat. Insya Allah. Demikian mau­izhah Habib Mahmud bin Umar Al-Hamid, pengasuh Majelis Ta’lim Al-Mubarak, kota Makassar, Sulawesi Selatan.

IMR

Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN

No comments:

Post a Comment