Saturday, August 31, 2013

Akhbar Makkah, karya Imam Abu Al-Walid Muhammad Al-Azraqi : Kitab Tertua tentang Sejarah Makkah (Bagian 2/Tamat)

www.majalah-alkisah.comKitab ini sarat dengan beragam informasi tentang Makkah pada dua abad pertama sejarah Islam. Sehingga bila kita menyelaminya, seakan kita tengah hidup di masa itu, di kota yang amat dicintai Rasulullah SAW.

Tarikh, atau Akhbar?

Saat usaha pentahqiqan kitab ini, muncul kontroversi tentang judul kitab karya Al-Azraqi ini, apakah berjudul Tarikh Makkah atau Akhbar Makkah.

Pada lembar pertama manuskrip kitab ini tertera judul Akhbar Makkah. Ibn An-Nadim dalam kitab Al-Fihrits-nya, Al-Asqalani dalam kitab Tahdzib-nya, dan Al-Fasi dalam kitab Al-Iqd ats-Tsamin-nya, menyebutkan judul Akhbar Makkah. Namun pada manuskrip lainnya, ditemu­kan judul Tarikh Makkah. An-Nawawi dalam dua kitabnya, Syarh Muslim dan Tahdzib al-Asma wa ash-Shifat, begitu juga dengan As-Suyuthi, Al-Muzzi, ter­masuk juga Al-Fasi dalam karya lainnya, menggunakan judul ini dalam penye­but­an di karya-karya mereka. Ibn An-Nadim menyebutkan, judul lengkap kitab ini adalah Kitab Makkah wa Akhbaruha wa Jibaluha wa Awdiyatuha, sedangkan Dr. Rusydi Shalih Mulhis, muhaqqiq kitab ini, menengarai kitab ini berjudul Akhbar Makkah Wama Ja‘a min al-Atsar.

Pada sisi lainnya, timbul pula kontro­versi. Sebagaimana diketahui, kakek si penulis, yakni Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Walid bin Uqbah bin Al-Azraq Al-Azraqi, diduga berperan lang­sung atas kitab ini. Terlihat dari banyak­nya penukilan yang dilakukan si cucu (Al-Imam Muhammad bin Abdullah Al-Azraqi, yang dinisbahkan karya ini atas­nya), yang bersumber dari sang kakek. Ada sekitar 796 teks yang berkaitan erat dengan si kakek, yang adalah sumber mayoritas.

Merujuk pada catatan itu, diambil ke­simpulan bahwa masa kehidupan Imam Muhammad Al-Azraqi, sang cucu, ada­lah masa tadwin (kodifikasi ilmu penge­tahuan). Apalagi ia adalah seorang tokoh masa tadwin, sehingga ia melakukan ke­giatan pembukuan atas riwayat-riwayat itu, dan menisbahkan kepada dirinya.

Namun sebenarnya itu tak menjadi patokan untuk menimbulkan keraguan di dalamnya. Sebab selain memang faktor siapa yang paling berjasa dalam membukukan ilmu, yang lebih penting dari itu adalah kemampuan merangkai riwayat menjadi sebuah tulisan dalam bentuk yang sistematis, itu menjadi faktor utama penilaian di kalangan ulama ahli ilmu. Maka diyakinilah bahwa Imam Muhammad Al-Azraqi, sang cucu, seba­gai penulisnya. Hal itu juga dibenarkan beberapa penulis periode awal lainnya, seperti Ibn Nadim, Haji Khalifah, Adz-Dzahabi.

Perhatian Ulama

Sebagaimana disebutkan, kitab Akhbar Makkah karya Al-Azraqi merupa­kan karya tertua yang membahas Mak­kah secara komprehensif. Karya ini men­jadi sumber ilmiah terpenting bagi studi tentang Makkah. Para ulama bidang tafsir, hadits, fiqih, dan tentunya sejarah serta bidang-bidang lainnya, sangat me­naruh perhatian pada kitab ini.

Di antara mereka yang menaruh per­hatian terhadap kitab ini adalah Al-Isfaraini Al-Makki, seorang ulama abad ke-8 H/.... M, yang meringkas kitab tersebut dengan judul Zubdah al-A’mal wa Khulashah al-Af’al dalam dua bagian. Bagian pertama kitab Al-Isfaraini ini kemudian diintisarikan lagi oleh Syaikh Muhammad bin Ahmad Al-Qurasyi Asy-Syafi’i. Ulama Mesir abad ke-9 H/14 M ini juga tertarik untuk membuat ringkas­an kitab Al-Azraqi tersebut. Adalah Yahya bin Muhammad Al-Kirmani yang membuat ringkasannya, dengan meng­hi­­langkan penyebutan sanad-sanadnya serta memberi sedikit tambahan dan me­namakan kitab ini dengan judul Mukh­tashar Tarikh Makkah al-Musyarrafah. Di samping itu juga ada Razin bin Muawi­yah Al-Andalusi, pemuka madzhab Ma­liki di Andalusia dan Madinah, yang me­ringkas kitab Al-Azraqi tersebut. Sedang­kan yang membuat nazhamnya adalah Abdul Malik bin Ahmad Al-Anshari, se­orang faqih Syafi’iyah di Mesir abad ke-8 H/13 M, yang menamai nazhamnya Nazhm Tarikh Makkah li Al-Azraqi fi Arjuzah.

Para ulama juga memberi perhatian be­sar dalam hal sumber penulisan. Me­reka banyak menukil kitab Akhbar Makkah karya Al-Azraqi ini dalam karya-karya mereka, seperti Imam An-Nawawi dalam Syarh Muslim, Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fath al-Bari, As-Suyuthi dalam tafsir Ad-Durr al-Mantsur dan Syarh Sunan Ibn Majah, Al-Munawi da­lam Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, Az-Zurqani dalam Syarh al-Muwaththa`, Asy-Syaukani dalam Nail al-Awthar dan Fath al-Qadir, Ash-Shan’ani dalam Subul as-Salam, Yaqut Al-Humawi da­lam Mu’jam al-Buldan, Asy-Syirbini dalam Mughni al-Muhtaj.

Imam Abu Al-Walid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Al-Walid bin Uqbah Al-Ghassani Al-Azraqi, yang besar di masa kebesaran periode tadwin, sungguh telah memberi warisan yang sangat berharga bagi pe­nelitian sejarah Makkah. Kitabnya ini sa­rat dengan beragam informasi tentang Makkah pada dua abad pertama sejarah Islam. Sehingga bila kita menyelaminya, seakan kita tengah hidup di masa itu, di kota yang amat dicintai Rasulullah SAW.

AB


Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN

No comments:

Post a Comment