Kitab ini sarat dengan beragam informasi tentang Makkah pada dua abad pertama sejarah Islam. Sehingga bila kita menyelaminya, seakan kita tengah hidup di masa itu, di kota yang amat dicintai Rasulullah SAW.
Tarikh, atau Akhbar?Saat usaha pentahqiqan kitab ini, muncul kontroversi tentang judul kitab karya Al-Azraqi ini, apakah berjudul Tarikh Makkah atau Akhbar Makkah.
Pada lembar pertama manuskrip kitab ini tertera judul Akhbar Makkah. Ibn An-Nadim dalam kitab Al-Fihrits-nya, Al-Asqalani dalam kitab Tahdzib-nya, dan Al-Fasi dalam kitab Al-Iqd ats-Tsamin-nya, menyebutkan judul Akhbar Makkah. Namun pada manuskrip lainnya, ditemukan judul Tarikh Makkah. An-Nawawi dalam dua kitabnya, Syarh Muslim dan Tahdzib al-Asma wa ash-Shifat, begitu juga dengan As-Suyuthi, Al-Muzzi, termasuk juga Al-Fasi dalam karya lainnya, menggunakan judul ini dalam penyebutan di karya-karya mereka. Ibn An-Nadim menyebutkan, judul lengkap kitab ini adalah Kitab Makkah wa Akhbaruha wa Jibaluha wa Awdiyatuha, sedangkan Dr. Rusydi Shalih Mulhis, muhaqqiq kitab ini, menengarai kitab ini berjudul Akhbar Makkah Wama Ja‘a min al-Atsar.
Pada sisi lainnya, timbul pula kontroversi. Sebagaimana diketahui, kakek si penulis, yakni Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Walid bin Uqbah bin Al-Azraq Al-Azraqi, diduga berperan langsung atas kitab ini. Terlihat dari banyaknya penukilan yang dilakukan si cucu (Al-Imam Muhammad bin Abdullah Al-Azraqi, yang dinisbahkan karya ini atasnya), yang bersumber dari sang kakek. Ada sekitar 796 teks yang berkaitan erat dengan si kakek, yang adalah sumber mayoritas.
Merujuk pada catatan itu, diambil kesimpulan bahwa masa kehidupan Imam Muhammad Al-Azraqi, sang cucu, adalah masa tadwin (kodifikasi ilmu pengetahuan). Apalagi ia adalah seorang tokoh masa tadwin, sehingga ia melakukan kegiatan pembukuan atas riwayat-riwayat itu, dan menisbahkan kepada dirinya.
Namun sebenarnya itu tak menjadi patokan untuk menimbulkan keraguan di dalamnya. Sebab selain memang faktor siapa yang paling berjasa dalam membukukan ilmu, yang lebih penting dari itu adalah kemampuan merangkai riwayat menjadi sebuah tulisan dalam bentuk yang sistematis, itu menjadi faktor utama penilaian di kalangan ulama ahli ilmu. Maka diyakinilah bahwa Imam Muhammad Al-Azraqi, sang cucu, sebagai penulisnya. Hal itu juga dibenarkan beberapa penulis periode awal lainnya, seperti Ibn Nadim, Haji Khalifah, Adz-Dzahabi.
Perhatian Ulama
Sebagaimana disebutkan, kitab Akhbar Makkah karya Al-Azraqi merupakan karya tertua yang membahas Makkah secara komprehensif. Karya ini menjadi sumber ilmiah terpenting bagi studi tentang Makkah. Para ulama bidang tafsir, hadits, fiqih, dan tentunya sejarah serta bidang-bidang lainnya, sangat menaruh perhatian pada kitab ini.
Di antara mereka yang menaruh perhatian terhadap kitab ini adalah Al-Isfaraini Al-Makki, seorang ulama abad ke-8 H/.... M, yang meringkas kitab tersebut dengan judul Zubdah al-A’mal wa Khulashah al-Af’al dalam dua bagian. Bagian pertama kitab Al-Isfaraini ini kemudian diintisarikan lagi oleh Syaikh Muhammad bin Ahmad Al-Qurasyi Asy-Syafi’i. Ulama Mesir abad ke-9 H/14 M ini juga tertarik untuk membuat ringkasan kitab Al-Azraqi tersebut. Adalah Yahya bin Muhammad Al-Kirmani yang membuat ringkasannya, dengan menghilangkan penyebutan sanad-sanadnya serta memberi sedikit tambahan dan menamakan kitab ini dengan judul Mukhtashar Tarikh Makkah al-Musyarrafah. Di samping itu juga ada Razin bin Muawiyah Al-Andalusi, pemuka madzhab Maliki di Andalusia dan Madinah, yang meringkas kitab Al-Azraqi tersebut. Sedangkan yang membuat nazhamnya adalah Abdul Malik bin Ahmad Al-Anshari, seorang faqih Syafi’iyah di Mesir abad ke-8 H/13 M, yang menamai nazhamnya Nazhm Tarikh Makkah li Al-Azraqi fi Arjuzah.
Para ulama juga memberi perhatian besar dalam hal sumber penulisan. Mereka banyak menukil kitab Akhbar Makkah karya Al-Azraqi ini dalam karya-karya mereka, seperti Imam An-Nawawi dalam Syarh Muslim, Ibn Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim, Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fath al-Bari, As-Suyuthi dalam tafsir Ad-Durr al-Mantsur dan Syarh Sunan Ibn Majah, Al-Munawi dalam Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, Az-Zurqani dalam Syarh al-Muwaththa`, Asy-Syaukani dalam Nail al-Awthar dan Fath al-Qadir, Ash-Shan’ani dalam Subul as-Salam, Yaqut Al-Humawi dalam Mu’jam al-Buldan, Asy-Syirbini dalam Mughni al-Muhtaj.
Imam Abu Al-Walid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Al-Walid bin Uqbah Al-Ghassani Al-Azraqi, yang besar di masa kebesaran periode tadwin, sungguh telah memberi warisan yang sangat berharga bagi penelitian sejarah Makkah. Kitabnya ini sarat dengan beragam informasi tentang Makkah pada dua abad pertama sejarah Islam. Sehingga bila kita menyelaminya, seakan kita tengah hidup di masa itu, di kota yang amat dicintai Rasulullah SAW.
AB
Pasang iklan dilihat ribuan orang? klik > murah dan tepat sasaran">Serbuanads >> MURAH dan TEPAT SASARAN
No comments:
Post a Comment