“Aku mengarang beberapa kasidah sanjungan kepada Rasulullah.... Ternyata di tengah-tengah aku menyelesaikannya, separuh tubuhku lumpuh total. Akhirnya aku berpikir untuk mulai mengarang kasidah Burdahku ini. Dan dengannya aku memohon kepada Allah agar menyembuhkanku. Aku terus membacanya berulang-ulang. Aku menangis, berdoa, dan bertawasul. Akhirnya aku tertidur dan bermimpi didatangi Rasulullah SAW. Beliau mengusap bagian tubuhku yang lumpuh dengan tangannya yang mulia, lalu memberikan sehelai burdah (selendang). Saat aku terbangun, ternyata aku bisa berdiri sungguhan....”
Demikian tutur Imam Bushiri saat mengisahkan antologinya, Burdah. Kisah spiritual ini pun menghantarkan Burdah menjadi termasyhur, di samping karena faktor keindahan bahasanya. Para sastrawan dunia juga mengakui, Burdah adalah satu-satunya bentuk puisi dalam khasanah kesusastraan Arab yang paling kuat bertahan, mudah dihafal, berbobot, selain juga estetik, romantis, dan indah. Ia diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Inggris, Jerman, Turki, termasuk Indonesia.
No comments:
Post a Comment